MENCOBA BERTAHAN HIDUP DI TENGAH BADAI KEHIDUPAN YANG BERLIKU, DUNIA DAPAT MENGUBAHKU ATAU AKU YANG DAPAT MENGUBAH DUNIA
Friday, 31 January 2014
Cinta Yang Terabaikan (Edisi Bersambung)
Saturday, 18 January 2014
Dua Insan
Adakah rasa tulus saat ini kau berikan untukku
Adakah rindu yang menggembu tuk menantikanku
Disaat semua rasa sepi ini datang melanda
Redakan semua kekosongan dihati
Entahlah...
Mengapa ini bisa terjadi begitu cepat
Seolah sang waktu mempermainkan kisah kita
Tatkala senyumanmu menggoyahkan semua
Keinginan terbesar dalam hidupku
Tuk mendapatkanmu dalam bingkai cinta
Ku rangkai kata demi kata seindah mungkin
Sehingga menjadi kiasan yang bermakna
Dan menjadi karangan yang penuh arti
Kau selalu saja membuat hatiku berdebar
Tak mampu kuasa menahan mulut ini berucap
Mengatakan satu dua kata saja aku bingung
apalagi merangkai kalimat yang indah untukmu
Tuhan....
Pertemukanlah dua insan yang menjauh ini
Agar mampu menjadi insan yang saling menyayangi
Kelak hanya kepadaMu aku dan dia menjadi dekat
Memimpin bahtera kehidupan baru dengan izinMu
Jakarta, 18 Januari 2014
Dear Diary.
Thursday, 16 January 2014
Yang Terakhir Kalinya
Kasih...
Engkau bagaikan sinaran bulan
Yang mengiringi langkahku
Saat ku berjalan sendiri
Kasih...
Mengapa kau pergi jauh dariku
Ku ingin sekali bertemu dirimu
Hanya sekejap saja
Inilah yang terakhir kalinya
Sulit menahan rindu ku ingin bertemu
bertemu dengan sosok sepertimu
Sulit ku tatap wajahmu dari kejauhan
Sulit ku peluk dirimu dalam kehampaanku
Sulit ku cari bayanganmu dalam kesendirianku
Inilah yang terakhir kalinya
Ku bertemu denganmu lagi
Saat mata hati menjadi satu
Disaat kita pernah jatuh cinta dulu
Jakarta, 16 Januari 2014
Dear Diary.
Cinta Yang Sejati
Nafasmu adalah nafas terakhir hidupku
Akhir cinta bukanlah segala dari kesakithatian
Tetapi...
Cinta adalah segala ketidaksempurnaan dunia
Untuk mendapatkan cinta yang lebih sejati
Jakarta,
Tahun 2009
Saturday, 11 January 2014
Berlabuhlah Dihatiku
Sepertinya kini aku menyadari ada kapal yang bersandar di dermaga. Dan kali ini diapun mulai berlabuh di hatiku datang untuk menyemarakkan hidupku yang baru. Tidak ada lagi kata untuk diam menunggunya untuk berlama-lama berlayar berkeliling dunia hanya untuk mencari permata. Rasa ini kian berkembang setelah sekian lama ku nantikan rindu yang menggebu. Tiada kesendirian lagi yang dulu, lebih berwarna dengan kehadirannya untuk menggapai cinta kasih yang bersemayam dalam kalbu. Untuk bisa mencintainyan lebih dari apapun di dunia. Ku yakin ada harapan untuk mencari sebagian yang hilang itu. Permata yang dia dapatkan saat berlabuh ditepian tidak akan biarkan tenggelam saat semua belum sempurna.
Tapi untukku dia sudah begitu sempurna walau tak utuh. Biar saja hilang terombang ambing karang dan ganasnya air lautan tapi cinta kita tetap menyatu dalam terpaan badai. Siap menghadapi setiap buaian dan caci makian dengn ikhlas meski hati menolak. Untuk apa ada cinta di hadapanku sedang orang yang kutunggu itu ada disetiap detik hidupku dan dia ada bersamaku sepanjang hari hanyalah sebuah bayangan. Dan aku berharap dia benar-benar nyata saat semua menjadi ada. Kapal-kapal itu tidak akan jauh dariku meski dia terus berlayar mencari permatanya. Dan aku percaya suatu hari atau esok dia akan berlabuh di dermaga tepat di depanku. Dan ku yakin itu kamu.
Jakarta, 11 Januari 2014
Dear Diary
Friday, 3 January 2014
Dimensi Lain
Hari telah berganti dan masalahpun selalu datang disaat kesulitan datang. Tak pernah terpikirkan sebelumnya akan apa yang terjadi saat ini, yang lalu, dan kemudiannya. Sulit mengikuti alur dimensi waktu yang berbeda dari yang dulu dengan yang sekarang. Kadang aku sangat membenci dengan keadaan diriku yang terpenjara dalam kotak yang sempit dan akupun semakin terjerumus pada satu titik dimana aku merasa diabaikan. Aku takut ketika melangkahkan kakiku keluar untuk menghirup udara kebebasan mencari jati diriku yang sesungguhnya, seakan dunia ini mencerahkan untukku agar berani melawan ketakutanku.
Kesendirian bukanlah jalan yang baik untukku, aku mencoba menatap ke jendela adakah cahaya yang dapat menenangkan jiwaku nyatanya tidak ada yang mampu membuatku bahagia. Aku mencoba cara lain untuk melihat cahaya lain melalui pintu yang mengarah pada jalan keluar, semakin aku merasakannya aku pun semakin terpusat pada tujuan hidupku. Walaupun keindahannya sangat menyilaukan mata batinku, kuresap kembali apa yang terjadi kepadaku sebelumnya dan akupun berfikir untuk pergi saja untuk segera melawannya dari ketakutanku. Kucoba sedikit demi sedikit untuk keberanianku menggapai apa yang kuinginkan. Sederhana tapi tak jarang aku salah melalui jalanku di jalur yang berbeda, inilah dimensi lain yang membuatku terhenyak, tersentak, bahkan tersedak dengan keadaan yang sulit kujalani.
Kaki ini tak akan pernah berhenti melangkah menjejaki setiap perjalanan yang dilewati. Sedemikain rupa dan sedemikian uniknya. Kutemukan jalan yang sama jalan yang pernah dilewati, haruskah aku mencari jalan lain menapaki dimensi baru untuk mencari kebahagiaan yang sesungguhnya. Terkadang ada rasa khawatir yang membuatku seakan tak berani melawan ketakutan yang memuncak untuk mencapai kebahagiaanku. Bahkan diriku sampai tak berdaya mencari sebuah titik yang berbeda dengan alur yang tak searah seperti jam.
Aku pun pernah merasakan yang namanya sebuah kekecewaan hingga air mata ini menangis semakin deras bukan seperti air hujan yang membanjiri setiap genangan jalan. Air mata ini membuatku semakin sadar aku tak sendiri melawan ketakutanku akan dimensi lain. Masih ada orang lain di dunia ini merasakan hal yang sama. Tak mungkin menunggu ataupun penantian yang tak pasti untuk mencari keberanian. Walau kadang secara tak logikanya hati ikut campur dalam mengatasi masalah yang tak menentu.
Bila aku membiarkan diriku hanyut dalam ketakutan
Aku semakin terluka sendiri
Aku semakin egois dengan diriku
Aku semakin terpuruk dengan keadaanku
Aku semakin menyukai kesendirianku
Apa yang salah denganku
Akankah aku mencari orang lain
Yang mampu membuatku keluar
dari ketakutanku sendiri
Jakarta, 03 Januari 2014
Dear diary.
Wednesday, 1 January 2014
Dalam Diam
Saat masa lalu tenggelam ditelan waktu seakan kembali mundur kewaktu yang lama. Kesakitan, kecemasan, kekecewaan, kemarahan dan tangis semua seakan menjadi lembaran cerita yang telah mengusik jiwa. Terlalu lemah sehingga raga ini tak berdaya terselungkup oleh abu sedikit demi sedikit.
Sirna akan keteguhan yang semakin pudar seolah diri ini tak percaya dengan apa yang sudah terjadi sehingga tak mungkin terulang. Masih ada jantung ini yang terus berdenyut memberikan setidaknya untuk bernafas mencintai dunia dengan kerendahan hati walau terasa berat untuk ditinggalkan terlalu gemerlap dan indah, sehingga adrenalin ini terpacu mencari sesuatu yang setidaknya berguna.
Terkadang keegoisan dan keirian selalu merenggut jiwa ini membawa kepuasan pada harta yang berlimpah. Dimana lagi kita mencari kalau bukan dunia. Ahhhh tahukah dunia ini begitu fana sehingga keelokannya menggelapkan mata kita. Sesungguhnya yang dicari dari mereka adalah harta bukan iman maupun ilmu yang akan dibawa saat kita tidak di dunia lagi.
Ingin rasanya hati dan mulut ini berteriak sampai nadi ini berhenti. Tapi tak mampu, ada rasa penyesalan yang membuat kita menangis larut dalam doa yang teramat dalam. Sehingga waktupun tak akan mampu berdiam dia akan terus berputar sampai kita berhenti tepat dimana kita berdiri. Dia akan pelan-pelan berbunyi ketika jam bertik tik pada kita. Sadarkah? Waktu tidak pernah berhenti sampai sedetik ini.
Saat aku menulis ini ada rasa penyesalan yang teramat menyakitkan sehingga tidak mungkin ditenggelamkan oleh sang waktu. Masih sedetik ini setiap aku menulis selalu ada tangis dalam diamku. Entah harus dimana lagi kutuangkan penaku kucoba mencoret-coret ceritaku dalam tulisan yang sepanjang ini tak ada kata yang berguna, yang menyayat hati hanya ada kalimat yang penuh dengan kemarahan, keemosian dan jiwa yang diliputi dengan teriakan. Pasti kita semua merasakan apa yang dinamakan cerita.
Dengan balutan kertas yang tak bernyawa masih ada tersimpan kisah yang menarik namun kadang sempat terabaikan dalam momen kita. Semakin kita mengungkapkannya namun tiba-tiba terlepas dalam ingatan. Tak ada lagi cerita yang menarik yang mampu mengingatkan kita pada kejadian yang terlewat dan terlepas dari itu kita pun semakin lupa pada waktu dan semakin kita menyesalinya.
Semua biarkanlah saja terlupa tapi kita pun sangat semakin yakin bahwa kita tidak akan pernah lupa apalagi melupakan. Begitu sangatlah sulit untuk benar-benar dilupakan. Mengingat kembali semua cerita kita pun akan berurai air mata tahukah kamu jika meneteskan setiap butiran air mata yang keluar ini dengan penuh penyesalan dan keteguhan hati bahwa air mata ini berasal dari waktu kita disepanjang hari dalam melewati perjalanan waktu.
Berdoalah dan berbicaralah pada Tuhan-Mu. "Dimanakah penyesalanku saat itu, dimanakah bahagiaku saat itu" . Dan semua kisah kita pun akan kembali pada-Nya.
Selamatkanlah dirimu dan duniamu dalam malam pergantian tahunmu. Percayalah Tuhan-Mu itu maha baik akan memudahkan setiap segala urusanmu dengan duniawimu.
Salam,
Dear Diary.
Jakarta, 1 Januari 2013
00.00 WIB