Translate

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Friday 3 January 2014

Dimensi Lain

Hari telah berganti dan masalahpun selalu datang disaat kesulitan datang. Tak pernah terpikirkan sebelumnya akan apa yang terjadi saat ini, yang lalu, dan kemudiannya. Sulit mengikuti alur dimensi waktu yang berbeda dari yang dulu dengan yang sekarang. Kadang aku sangat membenci dengan keadaan diriku yang terpenjara dalam kotak yang sempit dan akupun semakin terjerumus pada satu titik dimana aku merasa diabaikan. Aku takut ketika melangkahkan kakiku keluar untuk menghirup udara kebebasan mencari jati diriku yang sesungguhnya, seakan dunia ini mencerahkan untukku agar berani melawan ketakutanku.

Kesendirian bukanlah jalan yang baik untukku, aku mencoba menatap ke jendela adakah cahaya yang dapat menenangkan jiwaku nyatanya tidak ada yang mampu membuatku bahagia. Aku mencoba cara lain untuk melihat cahaya lain melalui pintu yang mengarah pada jalan keluar, semakin aku merasakannya aku pun semakin terpusat pada tujuan hidupku. Walaupun keindahannya sangat menyilaukan mata batinku, kuresap kembali apa yang terjadi kepadaku sebelumnya dan akupun berfikir untuk pergi saja untuk segera melawannya dari ketakutanku. Kucoba sedikit demi sedikit untuk keberanianku menggapai apa yang kuinginkan. Sederhana tapi tak jarang aku salah melalui jalanku di jalur yang berbeda, inilah dimensi lain yang membuatku terhenyak, tersentak, bahkan tersedak dengan keadaan yang sulit kujalani.

Kaki ini tak akan pernah berhenti melangkah menjejaki setiap perjalanan yang dilewati. Sedemikain rupa dan sedemikian uniknya. Kutemukan jalan yang sama jalan yang pernah dilewati, haruskah aku mencari jalan lain menapaki dimensi baru untuk mencari kebahagiaan yang sesungguhnya. Terkadang ada rasa khawatir yang membuatku seakan tak berani melawan ketakutan yang memuncak untuk mencapai kebahagiaanku. Bahkan diriku sampai tak berdaya mencari sebuah titik yang berbeda dengan alur yang tak searah seperti jam.

Aku pun pernah merasakan yang namanya sebuah kekecewaan hingga air mata ini menangis semakin deras bukan seperti air hujan yang membanjiri setiap genangan jalan. Air mata ini membuatku semakin sadar aku tak sendiri melawan ketakutanku akan dimensi lain. Masih ada orang lain di dunia ini merasakan hal yang sama. Tak mungkin menunggu ataupun penantian yang tak pasti untuk mencari keberanian. Walau kadang secara tak logikanya hati ikut campur dalam mengatasi masalah yang tak menentu.

Bila aku membiarkan diriku hanyut dalam ketakutan
Aku semakin terluka sendiri
Aku semakin egois dengan diriku
Aku semakin terpuruk dengan keadaanku
Aku semakin menyukai kesendirianku

Apa yang salah denganku
Akankah aku mencari orang lain
Yang mampu membuatku keluar
dari ketakutanku sendiri

Jakarta, 03 Januari 2014
Dear diary.

No comments:

Post a Comment

Tenkyu sudah tidanggalkan komenmu

close