Translate

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Tuesday 3 May 2016

#SebuahPesan Untukmu Perindu




Dear Kekasih Perindu,

Saat Aku tatap matamu, kau bagaikan embun yang memberikan keteduhan dalam ilalang yang berbisik pada angin. Air yang tak pernah habis memberikan kejernihan hati sang perindu yang selalu ingin mendekap erat. Meski debu mengotori wajahmu di teriknya sinar matahari yang panas, kan ku baluri wajahmu dengan basuhan lembutnya tanganku.

Tuhan, izinkan aku mencintainya sekali saja agar aku mampu membahagiakan dengan segenap cintaku. Biarkan perjalanan ini menjadi roda waktu yang harus ku selesaikan bersamanya. Berikan aku ruang untuk menjadi sang bayang-bayang yang enggan pergi saat sepiku tanpanya. Aku tak ingin mengejar mimpi, yang aku inginkan hanya bersamanya sekali ini saja.

Bisakah kesempatan itu datang hari ini, di saat hati mulai merapuh dan tak mampu untuk meretakkannya kembali satu. Bila sudah waktunya aku yang pergi meninggalkan semua jejak, biarkan Aku yang berkelana dalam pelabuhan yang tak kunjung sampai tujuan. Jika Aku mulai takut dengan kesendirian ini, bisakah aku katakan padamu kata "kangen" saat ucapan itu keluar dalam bibir mungilku untukmu.

Aku tahu kamu membenciku, dan tak akan pernah mau kembali dalam pemberi kehangatan kala dingin, sakit, dan lapar. Tapi, Aku pernah mencoba untuk mencintaimu dengan setulus hatiku, berlari untuk mendapatkan luluhnya hatimu. Biar semua yang berlalu itu adalah masa lalu, aku tak akan sepayah ini mengejar lagi mimpi yang tak pernah menjadi satu. Aku tahu cita dan cintamu tak akan berujung, kau telah menghujam jantungku dan kau yang buat terluka, hanyalah goresan luka ini kupastikan selalu menjadi cerita tentang kita. 

Aku tak pernah bangga dengan apa yang aku mampu untuk belajar mencintai orang yang pernah ada dalam hidupku, aku terlalu bodoh mencintai orang yang salah pernah mengisi hidupku. Sekali lagi biarkan kekal kau di dalamnya bersama daun-daun yang mati berguguran. Hujan yang menemani tangisku setiap aku melangkah dalam takutku yang mematikan naluri jiwaku untuk berani pantang menyerah mengejar cintamu di setiap cobaanku. Aku tahu kamu tak akan pernah lagi mencoba menyapaku 'hai' sebentar saja lalu menghilang bersama nyanyian sandiwara cinta. Aku yakin kamu pun enggan untuk bertemu dan menjawab salamku. Egomu bagai batu yang tak pernah habis mencabik setiap goresan kata yang selalu meyayat hati. 

Menjadi perindu yang selalu siap untuk merasa kehilangan atas kepergianmu yang masih terus terngiang dalam ingatanku. Selepas itupun aku mulai menyadari bahwa aku akan tetap setia menunggumu bersama lukisan antik yang kian usang di makan hari bersama sang waktu. Bila pudar waktuku untuk menunggumu, biarkan aku mencari cinta yang lain di kegelapan malam. Di terangnya cahaya yang akan mematahkan sedihku bersama senyuman bahagia di kehadiran yang baru, sosok lain yang kan selalu siap menjadi teman bicara sampai terlelap dalam buaian mimpi masa depan bersama kisah haru yang baru.

Jakarta, 01 Mei 2016
-C-

No comments:

Post a Comment

Tenkyu sudah tidanggalkan komenmu

close